KOMPAS.com - Saat ini, kewirausahaan mulai berkembang sangat pesat. Berbagai kalangan berusaha untuk mengembangkan potensi dengan berwirausaha agar dapat meraih keuntungan. Mahasiswa pun tak mau ketinggalan mencurahkan kreativitasnya dengan berwirausaha.
Banyaknya pihak yang memberi perhatian, mulai dari kalangan pengusaha, perbankan, hingga pendidik, membuat kewirausahaan menjadi semacam gerakan yang populer. Bahkan, sejak tahun 2009 pemerintah meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha yang mendorong munculnya wirausaha-wirausaha muda dari universitas.
Mengapa sih banyak pihak peduli pada perkembangan kewirausahaan? Bagaimana enggak peduli, hal ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional. Semakin banyak wirausaha tangguh tercipta, penganggur terdidik semakin berkurang jumlahnya. Data Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan, per Februari 2012 jumlah penganggur berijazah diploma dan sarjana mencapai 790.000 orang atau 10,4 persen dari total penganggur.
Jadi, inilah tantangannya. Kalau mahasiswa ingin berperan memajukan bangsa ini, jadilah seorang wirausaha yang sukses. Tidak hanya mengurangi satu calon penganggur, tetapi juga banyak penganggur lain karena telah membuka lapangan kerja baru. Tidak hanya menjanjikan pencapaian materi, tetapi juga lebih dari itu hasilnya berupa pribadi-pribadi yang teruji ketangguhannya menghadapi berbagai rintangan.
Pekan lalu, dalam pameran Pekan Produk Kreatif Indonesia 2012, di Jakarta, banyak ditemukan wirausaha muda. Salah satu peserta pameran adalah usaha yang dimiliki empat alumnus mahasiswa Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, yakni Bima Nurin, Dian Effendy, Habibi Putranto, dan Sweta Kartika. Mereka berwirausaha di bidang desain grafis yang memamerkan produk kaus, tas, dan buku daur ulang yang dinaungi Wanara Studio.
"Awalnya, kami mengerjakan tugas kuliah di semester enam. Setelah selesai, kami ingin berkumpul dan berbuat sesuatu. Nah, jadilah usaha studio desain grafis ini yang salah satunya membuat kaus dengan desain ambigram," ujar Dian.
Dengan modal awal sekitar Rp 3 juta pada tahun 2009, kini mereka bisa meraup omzet penjualan sekitar Rp 10 juta per bulan. Setiap tiga bulan, Wanara Studio akan mengeluarkan desain terbaru dalam berbagai ukuran. Biasanya, Dian dan teman-temannya akan melakukan riset budaya lokal yang kemudian desainnya dibuat lebih modern dan disukai kalangan anak muda.
"Bukan hanya kaus, kami juga menerima proyek desain grafis. Dari kami berempat, masing-masing juga bisa menerima proyek, tergantung apakah mau diberikan ke perusahaan atau dikerjakan sendiri," ungkap Dian.
Banyak peminat
Survei Litbang Kompas awal Oktober 2012, di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar merangkum pendapat 301 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi mengenai kewirausahaan. Hampir semua mahasiswa yang menjadi responden (91 persen) menyatakan ketertarikannya untuk membuat usaha sendiri alias berwirausaha. Bahkan, hampir separuh di antaranya mengaku sangat tertarik.
Siapa saja teman-teman mahasiswa yang tertarik untuk menjadi pengusaha? Kalau dilihat dari latar belakang pendidikan, peminatnya lebih banyak berasal dari teman-teman yang mengambil kuliah ilmu sosial (60 persen) dibandingkan dengan mahasiswa dari ilmu eksakta. Selain itu, teman-teman yang tertarik berwirausaha sebagian besar memiliki pengalaman bekerja sama dalam tim, baik saat mengikuti organisasi intrakampus maupun mencicipi dunia kerja.
Minat yang besar tersebut patut diapresiasi. Namun, sejauh mana mereka kenal dengan dunia ini? Coba cermati definisi berikut, entrepreneur adalah seseorang yang berani mengambil risiko, mampu mencium adanya peluang bisnis, mampu mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk memperoleh profit (Serian Wijatno: 2009).
Dari pengertian tersebut kita dapat menyaring kata-kata kunci, seperti berani, risiko, inovatif, dan kreatif. Kata kunci lain yang tidak bisa diabaikan adalah totalitas dan konsistensi. Pasalnya, dua hal inilah yang paling menentukan terus berlanjutnya eksistensi sebagai entrepreneur di antara proses jatuh dan bangun usahanya.
Meskipun hampir semua responden mahasiswa setuju dengan pernyataan bahwa berwirausaha penuh risiko, mereka memandangnya sebagai sebuah tantangan. Bahkan, mayoritas (77 persen) menilai, profesi ini membanggakan. Apalagi, jika ingin terjun ke usaha mandiri ini, tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Setidaknya sekitar separuh responden berpendapat demikian.
Persepsi-persepsi positif tersebut membangun bayangan usaha yang ingin dibuat responden. Tidak kurang dari 67 persen responden mahasiswa yang berminat menjadi wirausaha memilih usaha-usaha yang mengambil peran sebagai produsen, sementara sisanya distributor barang. Hal ini memungkinkan berkembangnya aspek kreatif dan inovatif yang diharapkan dari semangat kewirausahaan.
Untuk merealisasikan niat tersebut, responden sudah memiliki bayangan usaha yang ingin dibuatnya. Bisnis kuliner paling banyak dipilih responden (28 persen). Usaha yang menjual produk makanan atau minuman ini memang sangat potensial untuk dikembangkan. Inovasi dapat dilakukan dari bahan baku, rasa, bentuk/tampilan, kemasan, dan teknik penjualan.
Selain kuliner, bisnis fashion pun menjadi pilihan mahasiswa (17 persen). Sebagian besar dari mereka ingin menjual pakaian dan aksesori fashion, sementara lainnya ingin menawarkan jasa clothing dan desain. Usaha yang menuntut kreativitas ini memang sedang populer. Coba saja selancar di internet, kita akan temukan ribuan bisnis online yang menjual produk fashion ini. Usaha di bidang pertanian, percetakan, properti, dan teknologi informasi juga ada dalam daftar pilihan responden.
Semangat dan cita-cita tersebut harus terus dikobarkan. Dana dan pendampingan dari yang lebih berpengalaman di bidang ini sudah banyak tersedia sehingga seharusnya bukan menjadi kendala utama. Yang lebih penting justru persiapan mental pelakunya. Menjadi wirausaha tidak berhenti pada fase ketika bisnis sudah berkembang dan laris, inovasi harus terus-menerus dilakukan karena itulah intinya kewirausahaan. Dalam proses inilah kembali dibutuhkan totalitas yang konsisten.
Nah, tunggu apalagi? Ayo segera wujudkan impianmu dengan mengembangkan potensi untuk berwirausaha.
(SUGIHANDARI/LITBANG KOMPAS/SIE)
Editor :
Caroline Damanik