JAKARTA, KOMPAS.com -- Pada awal tahun 1992, Rieka Ratika Roslan bertemu Yuke Sampurna. Bersama Dian Hakim, mereka membentuk band dengan nama Odyssey. Ketika itu, Rieka sejak lama aktif mencipta lagu, seperti "Dahulu" dan "Khayalan" yang kelak dipopulerkan band The Groove. Rieka yang kini dikenal sebagai penyanyi itu senang menulis lagu sejak SMA.
Senang menulis lagu dan menyanyi membuat Rieka ingin mendirikan band sendiri. Alasannya, dia memiliki banyak lagu yang bisa dia nyanyikan sendiri dengan bandnya. Dia ingin masuk ke industri musik Indonesia dalam satu paket lengkap, bukan menyanyikan lagu karya orang lain.
Mereka pun mencari teman yang sepaham dan merekrut pemain baru lalu membentuk band bernama The Groove. Seperti pemusik dan band lainnya, The Groove pun sering tampil di kafe dan mulai tahun 1998 mereka rekaman. The Groove berada dalam satu manajemen dengan Kahitna yang didirikan Yovie Widianto.
Rieka memutuskan bersolo karier pada tahun 2005 karena ingin menampilkan warna musiknya. Selama periode ini, Rieka meluncurkan album Mata Ketiga, Bercerita, Triangle of Life, dan Rendezvous. Dia juga tergabung dalam grup vokal 5Wanita bersama Andien, Nina Tamam, Iga Mawarni, dan Yuni Shara.
Pada tahun 2009, Rieka pun reuni lagi dengan The Groove. Rieka kini bukan hanya penyanyi dan penulis lagu. Perempuan kelahiran Sukabumi, 23 Januari 1970, ini juga menjadi guru vokal yang mumpuni.
—————————————————————————————————
Bagaimana pandangan Anda tentang musik sebagai sarana inspirasi dan bisnis? (Leyla Halida Janufianti, Bandung)
Untuk membuat suatu karya, kita membutuhkan inspirasi. Inspirasi akan melahirkan suatu bisnis. Kita bisa lihat kenyataan sekarang bahwa musik sudah menjadi pasar bisnis yang bagus.
Sekarang banyak orangtua yang mengizinkan anak-anaknya bersekolah di bidang musik agar mereka menjadi musisi andal dan menjadi pekerjaan yang menjanjikan.
Inspirasi itu perlu. Tetapi, saran saya, dalam mengembangkan hal tersebut gunakanlah kejujuran orisinalitas sehingga karya menjadi baik dan positif serta menjadi kekuatan industri seni Indonesia, tidak sekadar instan dan asal jadi saja.
—————————————————————————
Halo Mak Rieka Roslan. Sebagai salah satu penyanyi senior, manggung di kota mana yang paling mengesankan? (Ekamara A Putra, Yogyakarta)
Hampir semua kota saya suka karena setiap kota mempunyai ekspresi yang berbeda-beda. Di Sukabumi saya menyelenggarakan Djuanda Jazz Festival. Saya melihat di kota kelahiran saya, orang dapat menikmati musik yang damai di jalan tanpa pengamanan yang ketat. Saya merasa happy.
—————————————————————————
Bagaimana mencipta harmoni jazz ala Indonesia? (Daryat, Ansa School Semarang)
Udara Indonesia, matahari Indonesia, kearifan lokal Indonesia akan membuat kita tetap menjadi musisi Indonesia, bangga terhadap budaya Indonesia dan menjadi orang Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia dalam berkarya itu pun sudah harmonisasi Indonesia. Begitu pula mempelajari ilmu tradisi dan cara menyanyi, alat-alat tradisi semua itu menjadi kekuatan kita untuk go international.
Kita sering bernyanyi dalam bahasa Brasil, Spanyol, Meksiko, Inggris, Korea, Mandarin, meski kadang kita tidak bisa berbahasa tersebut. Mereka itu berasal dari bangsa-bangsa yang percaya diri dan bangga akan negaranya. Musik mereka pun mendunia. Jadi menurut saya, kita bisa kok memakai bahasa Indonesia, bunyian dan nada tradisional untuk menembus pasar mana pun. Sebaiknya kita mempelajari harmoni modern dan harmoni tradisional agar kita punya jati diri dan punya yang dibanggakan.
—————————————————————————
Bagaimana Anda mengelola keluarga Anda agar tetap harmonis di balik kesuksesan Anda? (Dharta M Nur, xxx@yahoo.co.id)
Kami berdiskusi tentang rencana-rencana yang akan dibuat, mimpi-mimpi saya ke depan, sehingga ke keluarga mengerti dan mendukung. Sepanjang semua positif dan tetap menjaga waktu untuk keluarga, rasanya semua bisa selaras. Mengajak keluarga ikut melihat kegiatan kita, berkenalan dengan komunitas kita sehingga mereka menjadi bagian juga dalam pekerjaan ini. Diskusi dan komunikasi yang terpenting.
—————————————————————————
Kenapa album Rendezvous digambarkan sebagai perwujudan idealisme dari seorang Rieka Roslan? (Risna Rahmawati, Jakarta Pusat)
Semua karya saya adalah idealisme saya. Album The Groove, Mata Ketiga, bercerita tentang alam. Rieka juga bercerita tentang apa itu arti cinta, Triangle of Life, di mana saya bicara sebagai perempuan, sedangkan Rendezvous adalah pertemuan saya dengan beberapa sahabat satu visi dalam bermusik dan berkehidupan.
Album ini penuh perjuangan dan penuh cerita tentang perjalanan hidup seorang penulis perempuan yang terus mencoba berdiri di musiknya.
—————————————————————————
Saya pencinta The Groove sejak manggung dari cafe to cafe di Bandung dan mengoleksi albumnya. Kapan The Groove mengeluarkan lagi album baru? (Hanna Della, Bandung)
Tahun depan The Groove berumur 17 tahun. Rasanya album ini akan kami keluarkan sebagai bentuk ucapan syukur kami dan terima kasih kami kepada Tuhan yang memberikan kami talenta dan untuk para penggemar kami. Doakan ya Mbak....
—————————————————————————
Apa saja yang menjadi hambatan terbesar Anda dalam menggeluti dunia musik? (Fahrudin, Pangkal Pinang, Bangka Belitung)
Hambatan terbesar ada di saat saya diminta mengikuti selera pasar dalam proses kreatif, dan sarana promosi masih di media di Indonesia yang masih belum berani mengizinkan musik-musik idealis masuk di acara yang komersial. Jadi kita seperti bayangan, semua ada tetapi tidak terlihat dan terdengar.
—————————————————————————
Sebagai musisi, bagaimana pandangan Anda terhadap kualitas dari musik saat ini? (Muhammad Yusuf el-Badri, Ciputat)
Saya senang karena banyak festival musik jazz di mana-mana, di seluruh Indonesia. Hal itu membuat kita bergairah membuat karya. Namun, juga sedih karena maraknya lirik, tontonan, cara berpakaian, yang tidak diperhitungkan siapa dan usia berapa yang menonton. Bingung saja kenapa acara begini mendapat rating tinggi. Jadi mungkin kita sudah mengerti lebih baik mematikan tontonan seperti itu. Berkarya adalah hak setiap orang, tetapi tanggung jawab moral pun harus kita pertanggungjawabkan untuk anak-anak kita.
—————————————————————————
Apa saja yang dapat menjadi inspirasi Mbak Rieka dalam menciptakan lagu? Apakah Mbak pernah berkeinginan untuk menciptakan lagu-lagu bertemakan nasionalisme Indonesia? (Tika Puspyta, Bandung)
Inspirasi saya selalu datang di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, saya sangat suka traveling karena itulah sumber inspirasi. Bicara dengan murid-murid saya sehingga kita tahu apa yang terjadi sekarang. Saya juga bicara dengan kakak-akak saya agar saya tahu apa yang kita lakukan untuk kehidupan ini.
—————————————————————————
Teteh, untuk lagu-lagunya sering dapet inspirasinya dari mana? Soalnya lagu-lagu yang dibuat bener-bener enak buat di-denger. Bisnis butik masih jalan, Teh? Semoga sukses, ya, buat Teteh sama teman-teman di The Groove. (Hendro Pratomo, xxxx@cbn.net.id)
Hai Hendro yang selalu request lagu yang sama setiap nonton, tahun 96-an yaa saat nonton aku di cafe. Senang Hendro masih ingat aku. Dari keseharian saja aku dapat inspirasi, aku jujur saja kalau nulis lagu, enggak pernah terpatok harus nulis hits. Jadi ya mengalir saja supaya enak dirasakan.
Butik masih jalan dengan nama Ka-In (kain Indonesia). Insya Allah semua jalan terus, doakan yaaa....
—————————————————————————
Bagaimana Mbak Rieka merintis karier hingga menjadi musisi seperti saat ini? Bagaimana tanggapan Mbak Rieka mengenai anggapan artis karbitan pada proses pencarian bakat? (Pius Apri Hantoro, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta)
Pada 2005 saya diminta menjadi juri AFI di Indosiar. Saya pun melakukan perjalanan keliling ke seluruh Indonesia. Banyak juga festival-festival lain yang meminta saya menjadi penilai.
Ini bisa menjadi satu kesempatan untuk mencapai tujuan, tidak seperti kami dulu. Namun, tetap mereka yang bertahan adalah mereka yang memiliki attitude. Jadi penting sekali ajang pencarian bakat ini diberikan masukan-masukan yang membuat anak-anak ini berpikir apa yang sudah diraih, jangan dilepas lagi, tetapi dipoles lagi dengan terus bermusik dengan lebih baik lagi
—————————————————————————
Lagu apa yang diambil dari kisah pribadi Rieka Roslan? Apakah ada seseorang yang berpengaruh besar dalam menciptakan lagu-lagu kamu selama ini? (Budi Setyawan, Cideng, Jakarta)
Hampir semua lagu yang saya tulis ada kisah diri sendiri atau dari sekeliling saya. Misalnya, seperti lagu "Juwita Cintaku" yang aku nyanyikan dengan Angga Puradireja di album Rendezvous itu memori aku saat menciptakan lagu itu pada papa dan mamaku.
Mereka kalau Sabtu malam suka berdansa di rumah, di saat anak-anak sudah tidur. Aku selalu mendengar irama swing saat itu. Hal tersebut masuk ke ruang memoriku. Betapa kedua orang ini saling mencinta. Jadi di pernikahan, aku buat lagu ini dengan aransemen yang aku sesuaikan dengan suasana lampau. Aku nyanyikan bersama suamiku pada saat aku menikah. Memori cinta orangtuaku menjadi inspirasi perkawinan kami.
Kalau Anda memiliki empat album solo, maka akan seperti membaca buku cerita. Di sana ada tanggal dan kenapa lagu itu dibuat. Dicari deh Mas, seru-seru kok lagunya.
—————————————————————————
Teh Rieka suka dukanya sebagai musisi sekaligus penyanyi dan produser bagaimana? (Yan Karyani, Cibubur)
Sukanya semua keresahan saya bisa tersalurkan dengan karya positif. Dukanya, industri belum bisa membuka pintu untuk karya idealis. Sedihnya, banyak penyanyi, musisi bagus, apalagi sekolah musik yang belum bisa berkarya dengan kejujurannya, apalagi harus mengikuti selera pasar.
—————————————————————————
Apakah obsesi yang selama ini belum Anda capai? Selain dunia musik, ranah apa yang ingin Anda kembangkan? (Eldysa Puspita Widyanovita, Ponorogo, Jawa Timur)
Saya ingin membuat konser yang intimate sehingga penonton bisa tahu mengapa Rieka Roslan dikasih bakat seperti ini oleh Tuhan. Saya ingin membuat rumah seni di alam, di Bandung, yang bisa menjadi sekolah, tempat berdiskusi dan perform. Juga saya ingin membuat industri bebas yang ditonton, diminati oleh pendengar yang bisa menghargai karya yang bagus. Amin....
—————————————————————————
Sebagai seorang seniman dalam bidang musik, saya sering berpikir ketika seorang musisi sedang kehabisan job maka sebenarnya mereka mengerjakan apa, ya? (Hevi Dwi Oktaviani, Purwokerto)
Tuhan memberikan jawaban dengan semua ciptaan-Nya. Jangan melihat yang terlihat, tetapi lihatlah juga hal lain yang Tuhan ciptakan. Tengok kiri dan kanan, mata kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan... pasti ada potensi lain yang bisa dikerjakan saat kita kehabisan job.
Selalu saja ada job kok untuk orang-orang yang tulis dan ikhlas bekerja. Manfaatkan potensi positif kita, pasti selalu ada jalan dari Allah. Amin. (tia)
RIEKA ROSLAN
Nama Lengkap: Rieka Ratika Roslan
Lahir: Sukabumi, Jawa Barat, 23 Januari 1970
Profesi: Penyanyi, Komposer, Pencipta Lagu, Produseru Genre: Jazz, Soul, dan Fusion Karier:
Vokalis Grup Band The Groove (1999)
Keluar dari The Groove (2004)
Solo karier (2005)
Bersama dengan Andien, Nina Tamam, Iga Mawarni, dan Yuni Shara membentuk grup vokal 5 Wanita (2008)
Album solo:
Mata Ketiga (2005)
Bercerita (2006)
Triangle of Life (2008)
Rendezvous (2012)
Album (Bersama The Groove):
Kuingin (1999)
Mata, Telinga dan Hati (2001)
Hati Hati (2004)
The Best of The Groove (2005)
Keluarga:
Suami: Muhammad Amri Akil
Sumber: Litbang Kompas/DEW.